Analisis Jurnal
IDENTIFIKASI KASUS DAN ASUHAN
KEBIDANAN SESUAI DENGAN ANALISIS JURNAL PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN (HUBUNGAN
ANTARA USIA IBU DAN PARITAS DENGAN
KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH
SAKIR
UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH
UTARA
TAHUN 2012-2013)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
AKI menurut WHO dihitung dari
kematian perempuan yang terjadi selama hamil atau 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan akibat semua sebab yang terkait atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya. AKI bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Evaluasi Millenium Deveopment Goals
(MDGs)
pada tahun 2015, kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia 305 per
100.000 kelahiran. Padahal target yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
adalah 102 per 100.000 kelahiran (Kompas, 2018).
Penyebab plasenta previa dapat disebabkanbeberapa
faktor antara lain umur, paritas, dan riwayat endometrium yang cacat (riwayat
SC, riwayat keguguran dan plasenta manual). Umur ibu terlalu muda atau dibawah
20 tahun dikarenakan endometrium masih belum sempurna untuk tempat perkembangnya
plasenta dan bila umur ibu diatas 35 tahun merupakan faktor resiko plasenta
previa, hal ini dikarenakan tumbuh endometrium yang kurang subur. Pada paritas
tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena endometrium yang belum sempat
tumbuh, Riwayat abortus atau keguguran dapat menyebabkan plasenta previa karena
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atropi pada desidua akibat
persalinan lampau sehingga aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas
permukaannya sehingga dapat menutupi jalan lahir (Manuaba, 2010).
Angka kejadian plasenta previa beriksar 4-5 per 1000
kehamilan. Angka kejadiannya berkisar 2,8/1000 persalianan pada kehamilan
tunggal dan 3,9/1000 persalinan pada kehamilan kembar.Penelitian yang dilakukan
oleh Ristyanto di RSUP Dr Kariadi pada tahun 2000 menunjukkan angka kejadian
plasenta previa 75 dalam 2367 persalianan atau sekitar 3,16%.
Pada penugasan ini akan dibahas mengenai perdarahan
pada kehamilan yaitu plasenta previa.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
teori tentang perdarahan dalam kehamilan (plasenta previa)?
2. Bagaimana
asuhan kebidanan kasus kehamilan dengan perdarahan (plasenta previa)?
C.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi kasus kegawatdaruratan pada
jurnal plasenta previa (perdarahan dalam kehamilan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim sedemikia rupa sehingga berdekatan atau menutupi ostium
uteri internum secara partial maupun total (Cunningham, 2013).
B.
Klasifikasi
Terdapat beberapa kemungkinan implantasi plasenta
pada plasenta previa (Cunningham, 2013):
1. Plasenta
previa totalis atau komplit: Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum
2. Plasenta
previa parsialis: Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
3. Plasenta
previa marginalis: Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum
4. Plasenta
letak rendah: Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi
plasenta berjarak < 2 cm dari ostium uteri internum. Apabila tepi plasenta
berjarak > 2 cm dari ostium uteri internum maka dianggap plasenta letak
normal
Klasifikasi lain dari
plasenta previa adalah sebagai berikut (Ngeh, 2006):
1. Tipe
I : tepi plasenta melewati batas sampai segmen bawah rahim dan berimplantasi
< 5 cm dari ostium uteri internum
2. Tipe
II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun tidak menutupinya
3. Tipe
III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris
4. Tipe
IV : plasenta berada di tengah dan menutupi ostium uteri internum
5. Tipe
I dan II disebut juga sebagai plasenta previa minor sedangkan tipe III dan IV
disebut plesanta previa mayor.
C.
Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara
pasti, namun beberapa faktor risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang
berhubungan dengan terjadinya plasenta previa. Faktor risiko tersebut meliputi
hamil usia tua, multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan,
janin laki-laki, riwayat aborsi, riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta
previa pada kehamilan sebelumnya dan IVF (Thomson, 2011).
D.
Patogenesis
dan Patofisiologi
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim
belum diketahui secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua
yang tidak memadahi yang mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi
dapat menyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta yang
terlalu besar dapat tumbuh melebar ke segmen bawah rahim dan menutupi ostium
uteri internum misalnya pada kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu yang
merokok (Chalik, 2010).
Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar
trisemester III atau lebih awal tapak plasenta akan mengalami pelepasan dan
menyebabkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami
laserasi. Selain itu, laserasi plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar
dan membuka. Hal ini menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan
akan dipermudah dan diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak
bisa berkontraksi secara adekuat (Chalik, 2010).
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung
secara progresif, hal tersebut menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan
berulang pada plasenta previa. Pada plasenta previa totalis perdarahan terjadi
lebih awal dalam kehamilan bila dibandingankan dengan plasenta previa parsialis
ataupun plasenta letak rendah karena pembentukan segmen bawah rahim dimulai
dari ostium uteri internum. Segmen bawah
rahim mempunyai dinding yang tipis sehingga mudah diinvasi oleh pertumbuhan
vili trofoblas yang mengakibatkan terjadinya plasenta akreta dan inkreta.
Selain itu segmen bawah rahim dan serviks mempunyai elemen otot yang sedikit
dan rapuh sehingga dapat menyebabkan perdarahan postpartum pada plasenta previa
(Chalik, 2010).
E.
Gambaran
Klinik
Setiap wanita dengan perdarahan vaginam setelah usia
kehamilan lebih dari 20 minggu harus dicurigai sebagai plasenta previa. Selain
itu dapat ditemukan perdarahan tanpa rasa nyeri, posisi abnormal dan presentasi
letak tinggi. Diagnosis klinis sangat penting untuk mencurigai dan
penatalaksanaan plasenta previa, namun diagnosis pasti tergantung dari hasil
pemeriksanaan USG (Johnston, 2011).
Perdarahan tanpa nyeri biasanya mulai terjadi pada
akhir trisemester II ke atas. Namun, perdarahan dapat terjadi sebelumnya dan
dapat mengakibatkan aborsi akibat lokasi abnormal plasenta. Pada umumnya
perdarahan akan berhenti akibat proses koagulasi dan akan berulang karena
proses pembentukan segmen bawah rahim. Pada setiap pengulangan akan terjadi
perdarahan yang lebih hebat (Chalik, 2010).
Pada plasenta previa totalis perdarahan biasanya
terjadi lebih awal. Sedangkan pada plasenta previa parsialis dan plasenta letak
rendah perdarahan terjadi mendekati atau saat persalinan dimulai (Chalik, 2010).
Pada plasenta previa jarang terjadi koagulopati
karena tempat perdarahan dekat dengan ostium uteri sehingga darah mudah
mengalir ke luar uterus dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang
menyebabkan kerusakan jaringan dan pelepasan tromboplastik ke dalam sirkulasi
maternal (Chalik, 2010).
F. Diagnosis
Plasenta previa dapat didiagnosis dengan melihat
gejala klinis dan pemeriksaan obstetri menggunakan USG. Pemeriksaan spekulum
dapat dilakukan untuk menilai vagina dan serviks. Vaginal toucher harus
dihindari pada semua ibu yang mengalami perdarahan antepartum sampai
terdiagnosis bukan sebagai plasenta previa (OGCCU, 2009).
Beberapa metode pemeriksaan penunjang telah
digunakan untuk mendiagnosis plasenta previa diantaranya USG transabdominal,
USG transvaginal dan MRI. Penggunaan USG transvaginal lebih direkomendasikan
karena mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan USG
transabdominal. Terdapat beberapa kekurangan USG transabdominal yaitu
visualisasi yang kurang baik pada plasenta letak posterior dan segmen bawah
rahim akibat terhalang kepala bayi, obesitas serta keadaan kandung kemih yang
kosong atau terlalu penuh. MRI juga mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik
bila dibandingkan dengan USG transabdominal. Namun tidak dapat memberikan
gambaran lokasi plasenta sebaik USG transvaginal, selain itu MRI tidak tersedia
pada semua pelayanan kesehatan (Oppenheimer, 2008)
.
G. Penatalaksanaan
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua
kasus perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan
resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat fetal distress dan
bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan dan memberikan Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan
rhesus negatif (Neilson, 2008).
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik
meliputi: setelah terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah
sakit, tersedia darah transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas yang
mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana persalianan pada minggu
ke 38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi sebelum waktu yang telah
ditentukan maka dapat dilakukan bedah sesar saat itu juga (Neilson, 2008).
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi
plasenta dan ostium uteri internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada
minggu ke 35 kehamilan. Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam
kemungkinan besar berhasil. Apabila jarak antara tepi plasenta dengan ostium
uteri internum 0-20 mm maka besar kemungkinan dilakukan bedah sesar, namun
persalinan pervaginam masih dapat dilakukan tergantung keadaan klinis pasien (Oppenheimer,
2007).
H. Karakteristik Maternal
1. Usia
Ibu
Angka
kejadian plasenta previa meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu. Angka
kejadiannya yaitu 1 per 1500 pada wanita usia < 20 tahun dan 1 per 100 pada
wanita usia > 35 tahun. Pada ibu dengan usia tua akan terjadi pertumbuhan
plasenta yang abnormal karena penurunan fungsi arteri intramiometrium dan
arteri endometrium. Wanita usia > 35 tahunmemiliki risiko 1,1 kali lebih
besar untuk terjadi plasenta previa bila dibandingkan dengan wanita berusia 35
tahun. Sedangkan penelitian yang dilakukan di RSUD Sragen tahun 2008
menyebutkan terdapat hubungan antara kejadian plasenta previa dengan usia ibu
hamil. Angka kejadian pada Ibu dengan usia > 35 tahun sebanyak 15 orang
(68,2 %) sedangkan pada usia 20-35 tahun adalah 7 kasus (31,8 %). Dapat
disimpulkan bahwa ibu hamil dengan usia > 35 tahun mempunyai risiko 3,5 kali
lebih besar untuk terjadinya plasenta previa (Cunningham, 2013).
2. Paritas
Paritas
tinggi berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi endometrium yang
mengakibatkan vaskularisasi desidua yang tidak memadahi sehingga menyebabkan
plasenta previa. Peluang terjadinya plasenta previa pada multipara 2,53 kali
lebih besar dibandingkan primipara (Aryanti, 2009).
3. Usia
Kehamilan saat Melahirkan
Plasenta
previa lebih sering terjadi pada awal kehamilan. Plasenta previa dapat menetap
ataupun tidak sampai aterm tergantung usia kehamilan dan lokasi plasenta. Hal
ini terjadi karena adanya proses “migrasi” plasenta. Penelitian yang dilakukan
pada 26 pasien dengan usia kehamilan rata-rata 29 minggu, plasenta terletak 20
mm dari ostium uteri dan 20 mm melalui ostium uteri hanya 3(11,5%) yang
membutuhkan bedah sesar akibat plasenta previa saat melahirkan. Apabila
plasenta yang melalui ostium uteri >20 mm setelah usia kehamilan 26 minggu
maka diperkirakan membutuhkan bedah sesar saat persalinan (Oppenheime, 2008).
Angka
kejadian plasenta previa (tepi plasenta mencapai atau menutupi ostium uteri)
pada usia kehamilan 11-14 minggu sebesar 42%, saat usia kehamilan 20-24 minggu
angka kejadiannya turun menjadi 3,9% dan hanya 1,9% saat aterm (Oppenheime,
2008).
Plasenta
previa dapat didiagnosis dengan melihat gejala klinis salah satunya berupa
perdarahan dan pemeriksaan obstetri menggunakan USG. Perdarahan terjadi karena
terlepasnya plasenta dari desidua basalis akibat kontraksi uterus dan proses
pendataran serviks yang biasanya terjadi pada akhir trisemester II ke atas. Perdarahan
inilah yang menyebabkan kasus plasenta previa sering memerlukan iatrogenic
preterm birth <34 minggu. Selain itu iatrogenic preterm birth juga dapat
terjadi akibat persalinan preterm secara spontan. Waktu rata-rata antara
diagnosis dan persalinan adalah 2 minggu (Daskalakisa, 2011)
4. Riwayat
Operasi pada Uterus
Cacat
pada uterus misalnya akibat operasi bedah sesar, kerokan dan miomektomi
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi endometrium yang
mengakibatkan vaskularisasi desidua yang tidak memadahi sehingga menyebabkan
plasenta previa (Chalik, 2010).
Angka
kejadian plasenta previa pada kehamilan kedua dengan persalinan pervaginam saat
kehamilan pertama sebesar 4,4 per 1000 kelahiran, sedangkan dengan bedah sesar
sebesar 8,8 per 1000 kelahiran.30 Data lain menyebutkan ibu dengan riwayat
bedah sesar satu kali mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar untuk mengalami
plasenta previa. Risiko semakin meningkat seiring dengan bertambahnya riwayat
bedah sesar yaitu 4,1 kali untuk 2 kali bedah sesar dan 22,4 kali untuk riwayat
3 kali bedah sesar (Thomson, 2011).
I. Cara Persalinan
Plasenta previa merupakan salah satu indikasi ibu
untuk dilakukan bedah sesar. Bedah sesar adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Terdapat
beberapa jenis bedah sesar yaitu seksio sesarea klasik, seksio sesarea
transperitoneal profunda, seksio sesarea di ikuti dengan histerektomi, seksio
sesarea ekstraperitoneal dan seksio sesarea vaginal (Saifuddin, 2010).
Kebanyakan seksio sesarea dilaksanakan melalui
insisi melintang pada segmen bawah rahim bagian anterior terutama bila plasenta
terletak di belakang dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik.16
Sedangkan pada plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen
bawah rahim dilakukan seksio sesarea jenis klasik (Saifuddin, 2010).
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS
PADA NY. J UMUR 24 TAHUN G1 P0 A0 UMUR KEHAMILAN 30+4 MINGG DENGAN PLACENTA
PREVIA DI RSU MUTIARA HUSADA
No. Register : 340310
Tanggal Pengkajian : 25 Oktober 2018/ 15.00 WIB
Nama Pengkaji : Bidan Evilia Nur Savitri
A. Data Subyektif
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny.
J Tn
“T”
Umur : 24
th
26 th
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa:
Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat
: Jl. Kapas Kledokan CT, Depok Sleman Yogyakarta
No.HP : 0896-5237-xxxx 0896-5237-xxxx
2. Alasan
datang: Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
3. Keluhan
utama: Ibu mengatakan perdarahan yang berwarna merah segar dan tanpa rasa nyeri
sudah 2x ganti pembalut sejak tanggal 25 Oktober 2018 jam 11.00 WIB.
4. Riwayat menstruasi
Menarche :
12 tahun
Siklus :
28 hari
Lama : 5 hari
Lama : 5 hari
Teratur
: teratur
Sifat darah : cair
Sifat darah : cair
Keluhan : tidak ada
HPHT :
25 Agustus 2018
HPL :
2 Juni 2019
UK :
30+4 Minggu
5. Riwayat
perkawinan
Status pernikahan : Sah menurut Negara dan Agama
Pernikahan ke : Ibu: 1 Suami:
1
Usia Pernikahan : 1 tahun
Usia Pernikahan : 1 tahun
Usia menikah pertama kali : 23 tahun
6. Riwayat
obstetric : G1 P0 A0 Ah0
Hamil Ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tgl
|
Jenis
|
UK
|
Penolong
|
Tmpt
|
JK/BB/PB
|
Komplikasi
|
Nifas
|
Laktasi
|
|
Hamil Ini
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. Riwayat
kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan Belum pernah menggu nakan KB
Ibu mengatakan Belum pernah menggu nakan KB
8. Riwayat
kehamilan sekarang
a. ANC
pertama umur kehamilan : 8 minggu
b. Kunjungan
ANC
1) Trimester
I
Frekuensi : 2x
Tempat :
RSU Mutiara Husada
Oleh :
Bidan
Keluhan : mual muntah
Terapi : B6
Keluhan : mual muntah
Terapi : B6
2) Trimester
II
Frekuensi : 3x
Frekuensi : 3x
Tempat :
RSU Mutiara Husada
Oleh :
bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : kalk, tablet Fe
Keluhan : tidak ada
Terapi : kalk, tablet Fe
3) Trimester
III
Frekuensi : 2x
Tempat :
RSU Mutiara Husada
Oleh :
bidan
Keluhan : perdarahan pervagina
Terapi : tablet Fe , vitamin C
Keluhan : perdarahan pervagina
Terapi : tablet Fe , vitamin C
c. Imunisasi
TT
TT1 pada saat usia kehamilan 12 minggu
TT2 pada saat usia kehamilan 16 minggu
TT1 pada saat usia kehamilan 12 minggu
TT2 pada saat usia kehamilan 16 minggu
d. Pergerakan
janin selama 24 jam (dalam sehari): Ibu mengatakan gerakan janin > 10x
sehari
9. Riwayat
kesehatan
a. Penyakit
yang pernah/sedang diderita: Ibu
mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS, HIV/AIDS, TBC,
hepatitis, menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun: jantung.
b. Penyakit
yang pernah/sedang diderita :Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami
tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS, HIV/AIDS, TBC, hepatitis,
menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun: jantung.
c. Riwayat
keturunan kembar: Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat
operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
e. Riwayat
alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat.
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat.
10. Pola
pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Pola
|
Sebelum
Hamil
|
Saat Hamil
|
Pola Nutrisi,
|
Makan 3xsehari ,
Porsi 1 piring, Jenis: nasi, sayur
Minum:
5gelas x sehari, Jenis: air putih Pantangan : tidak ,
Keluhan : tidak ada
|
Makan 4xsehari ,
Porsi 1 piring, Jenis: nasi, sayur
Minum: 7 gelas
x sehari, Jenis: air putih Pantangan : tidak ,
Keluhan : tidak ada
|
Pola eliminasi
|
BAB:
1x sehari, Konsistensi lembek,, Warna: kuning kecoklatan, Keluhan: tidak
ada
BAK:6xsehari,
Konsistensi cair, Warna: kuning jernih, Keluhan : tidak ada
|
BAB:
1x sehari, Konsistensi lembek,, Warna: kuning kecoklatan, Keluhan: tidak
ada
BAK:6xsehari, Konsistensi
cair, Warna: kuning jernih, Keluhan : tidak ada
|
Pola istirahat
|
Tidur
siang: Lama 1 jam, Keluhan tidak ada.
Tidur malam:lama 7 jam Keluhan: tidak ada |
Tidur siang:
Lama 1 jam, Keluhan tidak ada.
Tidur malam:lama 7 jam Keluhan: tidak ada |
Personal
hygiene
|
Mandi:
2x/hari,Gosok gigi 2x/hari,Keramas 3x/minggu. Ganti
pakaian 2x/hari
|
Mandi:
2x/hari,Gosok gigi 2x/hari,Keramas 3x/minggu. Ganti
pakaian 2x/hari
|
Pola
seksualitas
|
Frekuensi
2 kali/minggu, tidak ada keluhan
|
Tidak pernah
|
Pola aktivitas
|
Ibu
mengatakan selain menjadi IRT juga sering membantu suaminya berdagang
|
Ibu mengatakan
selain menjadi IRT juga sering membantu suaminya berdagang
|
11. Kebiasaan
yang mengganggu kesehatan: Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang
mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, dan minum minuman beralkohol.
12. Psikososiospiritual
a. Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya.
b. Ibu mengatakan hubungan ibu dengan tetangga baik dan ramah.
c. Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung kehamilannya.
d. Ibu maengatakan taat menjalani ibadah.
e. Ibu mengatakan suami yang menjadi tulang punggung keluarga.
a. Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya.
b. Ibu mengatakan hubungan ibu dengan tetangga baik dan ramah.
c. Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung kehamilannya.
d. Ibu maengatakan taat menjalani ibadah.
e. Ibu mengatakan suami yang menjadi tulang punggung keluarga.
13. Pengetahuan
ibu
a. Ibu
mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan.
b. Ibu
mengatakan belum mengetahui tentang persalinan.
c. Ibu
mengatakan belum mengetahui tentang laktasi.
d. Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih
dan nyaman.
e. Ibu
mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan
umum
a. Keadaan umum : baik
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : CM
c. Tanda
vital sign :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Pernapasan : 22x/ menit
Nadi : 88x/ menit
suhu : 370 C
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Pernapasan : 22x/ menit
Nadi : 88x/ menit
suhu : 370 C
d. Antropometri
Berat Badan sebelum hamil : 50kg
Berat badan sekarang : 62 kg
Tinggi Badan : 157 cm
Tinggi Badan : 157 cm
LILA :
24 cm
2. Pemeriksaan
fisik
a. Rambut: lurus, tidak ada ketombe, dan tidak
mudah rontok keadaan bersih
b. Muka:
bentuk simetris, pucat, tidak ada oedema.
c. Mata:
bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva pucat,
seklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan bersih.
d. Hidung:
bentuk simetris, keadaan bersih, dan tidak ada pembesaran polip.
e. Mulut
: tidak ada kelalinan , tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak
adacarises, tidak ada pembesaran tonsil
f. Telinga
: bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik.
g. Leher:
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limpa, dan tidak ada
pembengkakan vena jugularis.
h. Dada:
pernafasan baik tidak ada rochi dan wheezing, payudara menonjol hiperpigmentasi
, tidak ada benjolan, abnormal, colostrums belum keluar.
i.
Abdomen : bentuk simetris, membesar
sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada cacat, tidak ada bekas operasi, tidak
ada nyeri tekan pada saat dipalpasi.
Palpasi Leopold
Palpasi Leopold
1) Leopold
I : TFU terpegang antara Px dengan pusat, pada fundus teraba
keras bundar melenting yang berarti kepala
2) Leopold
II : Perut ibu sebelah kiri teraba lebar dan memberikan
tahanan yang besar berarti punggung janin. (PUKI) perut sebelah kanan teraba
bagian-bagian janin yang kecil berarti extremitas.
3) Leopold
III : Pada bagian terbawah janin teraba ada satu bantalan
yang mengganjal pada bagian segmen bawah rahim.
4) Leopold
IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP (divergen)
DJJ:
110x/menit
TFU : 30cm, TBJ= (30-12)x 155=2790 gram
TFU : 30cm, TBJ= (30-12)x 155=2790 gram
j.
Punggung : normal tidak ada kelainan.
k. Genetalia
: ada pengeluaran darah pervaginam banyaknya 200cc. tidak varises dan tidak
oedema.
l.
Ektermitas : bentuk simetris, tidak ada cacat,
tidak ada oedema, dapat berfungsi dengan baik, reflek patela kaki kanan positif
dan rreflek atela kaki kiri positif
m. Anus: tidak ada hemoroid.
3. Pemeriksaan
penunjang
a. USG:
pada USG terlihat ada bagian yang
menutupi jalan lahir yaitu plasenta. Tanggal 25 Oktober 2018 pukul 15.15 WIB.
b. Pemeriksaan
Hb: 7 % gr tanggal 04/04/2011 jam 15.30 WIB
C. Analisa
(25 Oktober 2018)
Ny.J
umur 24 tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan
30+4 minggu janin tunggal, hidup intrauteri, PUKI, presentasi bokong, belum
masuk PAP dengan plasenta previa totalis.
D. Pelaksanaan(25
Oktober 2018)
1. Memberitahu
ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan tentang kondisinya saat ini,
kehamilan ibu mengalami komplikasi dimana plasenta atau ari-ari menutupi jalan
lahir.
Evaluasi: Ibu dan
keluarga mengerti tentang kondisi kehamilannya
2. Mengobservasi
banyaknya perdarahan dan tanda-tanda vital, segera ganti pembalut bila sudah
basah, dan selalu memantau gerakan janin. Jika ada perubahan seperti tidak ada
gerakan atau gerakan kurang aktif seperti biasanya maka lakukan tindakan.
Evaluasi: telah
dilakukan pemantauan perdarahan
3. Menjelaskan
pada ibu untuk beristirahat total atau tiram baring, beritahu ibu untuk tidak
melakukan pekerjaan yang berat, seperti mencuci pakaian, mengangkat air,
mengepel, menyapu, dll. Dan menjelaskan kepada ibu untuk lebih sering miring ke
kiri pada saat tidur untuk memberikan oksigenisasi penuh kepada janinnya.
Evaluasi: ibu
melaksanakan anjuran
4. Mengajarkan
ibu untuk teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan meminta
kelurga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
Evaluasi: Ibu mengerti sudah bisa tekhnik
relaksasi dan suami serta keluarga selalu menemani ibu.
5. Menjelaskan
pada ibu tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil, menganjurkan ibu
untuk mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, memberikan ibu tablet Fe
dengan dosis 2x sehari selama 14 hari dan vitamin C dengan dosis 3 x sehari,
jika nafsu makan berkurang maka makan dengan cara porsi sedikit tapi sering
agar pemasukan cairan dan nutrisi seimbang karena adanya perdarahan.
Evaluasi: Ibu mengetahui dan memenuhi
kebutuhan nutrisi sesuai anjuran serta meminum obat yang telah diberikan.
6. Menjelaskan
pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi
harus secara seksio sesarea karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
Evaluasi: ibu dan keluarga mengerti dan
setuju dengan penjelasan bidan untuk persalinan secara SC.
7. Berkolaborasi
dengan dokter SPOG
Evaluasi: telah dilakukan kolaborasi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim sedemikia rupa sehingga berdekatan atau menutupi ostium
uteri internum secara partial maupun total (Cunningham, 2013). Klasifikasi
Plasenta ada 4 yaitu; plasenta previa marginalis, plasenta previa parsialis,
plasenta previa totalis, dan plasenta letak rendah. Faktor terjadinya plasenta
previa yaitu usia tua, multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa
kehamilan, janin laki-laki, riwayat aborsi, riwayat operasi pada uterus,
riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya. Diagnosa plassenta previa
berupa perdarahan segar dari jalan lahir, dan tidak ada rasa nyeri. Penegakkan
diagnosa plasenta previa ditunjang dengan pemeriksaan USG untuk emastikan letak
plasenta. Ibu hamil dengan plasenta previa biasanya akan dilakukan persalinan
dengan operasi secsio caesarea.
Asuhan kebidanan pada ibu dengan perdarahan
kehamilan plasenta previa dengan melakukan rujukan apabila di BPS, sedangkan di
Rumah sakit melakukan kolaborasi. Ibu dianjurkan untuk bed rest dan tidak
dilakukan pemeriksaan dalam, serta persalinan melalui operasi. Pemberian KIE
kebutuhan nutrisi ibu juga harus dipenuhi. Ibu dengan Plasenta previa harus
dilakukan pemeriksaan lab berupa HB agar mengetahui apakah kadar HB ibu normal
atau tidak akibat perdarahan yang dialami.
B. Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan memahami kasus
plasenta previa baik melalui jurnal, buku maupun praktik dilahan.
Aryanti DR. 2009. Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Plasenta Previa. Program Studi
DIV Kebidanan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Cunningham, dkk. (2013). Obstetri William. Jakarta : EGC
Daskalakisa G, dkk. (2011). Impact of
Placenta Previa on Obstetric Outcome. International
Journal of Gynecology & Obstetrics Vol: 114 halaman 238-241.
Neilson J. (2007). Interventions for suspected placenta praevia (Review). The Cochrane
Collaboration
OGCCU. (2009). Antepartum haemorrhage Section B Clinical Guidelines. Australia: King Edward Memorial Hospital Perth Western
Australia
Oppenheimer L. (2008). Diagnosis and management of placenta previa.
International
Journal of Gynecology and Obstetrics Volume 103, halaman 89-94
Saifuddin. (2010). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin. L. (2010). Ilmu Bedah Kebidanan Seksio Sesarea.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Shela Kusumaningtyas . (2018). Angka
Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Tinggi, Riset Ungkap Sebabnya. Artikel. (Online) (https://sains.kompas.com/read/2018/03/28/203300723/angka-kematian-ibu-dan-bayi-di-indonesia-tinggi-riset-ungkap-sebabnya,
diakses pada 20 Oktober 2018)
Thomson A, Ramsay J. (2011). Antepartum Haemorrhage. RCOG Green-top
Guideline No 63 1st edition
Komentar
Posting Komentar