CRITICAL THINKING INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)
CRITICAL THINKING
INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)
Disusun
oleh:
MERY INDRYANTI 1810104068
EVILIA
NUR SAVITRI 1810104072
HANIK
KHAIRUN NISA 1810104074
DINAR
USWATUN KHASANAH 1810104076
HENI
YUNITA 1810104077
RINA
DAMAYANTI 1810104078
KELAS / KELOMPOK 7B / B1
PROGRAM
STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN
2018
INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)
A. DEFINISI INTERPROFESIONAL EDUCATION
(IPE)
Kolaborasi antar profesi kesehatan
adalah satu usaha untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan. WHO telah membuat
sebuah grand design tentang pembetukan karakter kolaborasi dalam sebuah bentuk
pendidikan formal yaitu berupa interprofessional education. Interprofessional education (IPE) adalah suatu
pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda
untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelaksanaanya dapat
dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap
pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang professional.
Beberapa ahli mengungkapkan IPE dapat
menjadi dasar dalam pembentukan kolaborasi. Seperti halnya pendapat
Mendez et. al.,(2008) IPE merupakan hal yang potensial
sebagai media kolaborasi antar profesional kesehatan dengan menanamkan
pengetahuan dan skill dasar antar profesional dalam masa pendidikan. IPE
merupakan hal yang penting dalam membantu pengembangan konsep kerja sama antar
profesional yang ada dengan mempromosikan sikap dan perilaku yang positif antar
profesi yang terlibat di dalamnya.
B. TUJUAN INTERPROFESIONAL EDUCATION
(IPE)
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi
antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi dalam pembelajaran tentang
bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009).
Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan
tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi
bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat
mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009).
C. CONTOH
KASUS
Seorang perempuan
baru saja selesai melahirkan di rumah sakit ‘aisyiyah. Hasil pemeriksaan ibu
tersebut mengalami gizi buruk dan anemia berat. Bayi yang dilahirkan ibu
meninggal akibat kejadian tersebut ibu mengalami depresi berat. Saat ini ibu
mengalami perdarahan yang sangat hebat, sehingga bidan yang menangani ibu tersebut
melakukan kolaborasi dengan beberapa profesi lain. Penatalaksanaan pada kasus
tersebut, yaitu:
1. Kolaborasi bidan dengan dokter
ð Bidan menghubungi dokter obgyn untuk
menangani masalah yang dialami oleh ibu. Hasil
konsultasi dokter memberikan saran kepada bidan untuk melakukan transfusi
darah, sehingga bidan melakukan pemberian transfusi darah. Bidan berkolaborasi
untuk menentukan obat yang akan diberikan kepada ibu untuk menghentikan
produksi ASI agar tidak terjadi bendungan ASI.
2. Kolaborasi bidan dengan analis
ð Bidan menghubungi analis untuk
melakukan pemeriksaan darah lengkap.
3. Kolaborasi bidan dengan ahli gizi
ð Bidan berkolaborasi dengan ahli gizi
mengenai status gizi untuk memperbaiki keadaan status gizi dan anemia ibu.
4. Kolaborasi bidan dengan psikologis
ð Bidan melakukan kolaborasi dengan
psikolog untuk mengatasi depresi ibu akibat kehilangan anaknya 1 minggu yang
lalu.
5. Kolaborasi bidan dengan farmasi
ð Bidan melakukan kolaborasi dengan
farmasi untuk memberikan obat sesuai dengan anjuran dokter secara terpat.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5783/BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
makasih min
BalasHapusIsolasi hp double tape